Kampung Sehat Melati
Siti telah beberapa kali berkunjung ke rumah Tia, sahabatnya yang tinggal
di sebuah pemukiman bernama Kampung Sehat Melati yang terletak di
jalan Melati.
Setiap pekarangan rumah di Kampung Sehat Melati asri ditanami warga
dengan aneka pohon dan bunga. Beberapa warga menanam pohon buah
seperti mangga, rambutan, jambu, dan belimbing. Saat berbuah, mereka
berbagi dengan tetangga. Ada pula warga yang menanam aneka tanaman
untuk bumbu dapur dan tanaman obat, seperti jahe, sereh, kumis kucing,
pare, dan berbagai tanaman lainnya.
Setiap kali menginap di rumah Tia, Siti senang mengamati berbagai
kegiatan warga Kampung Sehat Melati. Sebulan sekali, warga bekerja
bakti untuk membersihkan sampah di selokan, balai warga, bak sampah
umum, serta merapikan pepohonan di tempat umum.
Setiap hari Minggu pagi diadakan senam sehat bersama. Seluruh anggota
keluarga mengikuti kegiatan dengan penuh semangat. Beberapa kali
diadakan pula senam yang diikuti oleh warga usia lanjut, seperti senam
jantung sehat.
Warga yang memiliki bayi dan balita secara rutin datang ke Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu) untuk mendapatkan penyuluhan mengenai makanan
dan minuman sehat serta imunisasi gratis. Warga yang berprofesi sebagai
dokter bergiliran memberikan pelayanan kesehatan secara sukarela bagi
warga di pos ini.
Kesehatan warga tentu tidak terlepas dari kondisi lingkungan yang bersih.
Di Kampung Sehat Melati tidak terlihat tumpukan sampah, sehingga
tidak tercium bau tak sedap dan tidak terlihat kerumunan lalat. Warga
aktif mengolah sampah dapur dan daun kering menjadi kompos, untuk
dipakai memelihara tanaman. Sisa-sisa makanan pun tidak ditumpuk di
tempat sampah, melainkan dimasukkan ke dalam lubang-lubang biopori
yang ada di sekitar pemukiman. Selain terhindar dari bau busuk sampah,
tanah pun menjadi subur akibat pembusukan alami yang terjadi di lubang
biopori.
Siti selalu senang berkunjung ke rumah Tia. Kampung Sehat Melati
menjadi inspirasi bagi Siti untuk mencontoh kepedulian terhadap
lingkungan serta hidup bersih dan sehat di pemukimannya sendiri.
Kampung Rawajati
Di Kampung Hijau Rawajati, selain peduli untuk membuat lingkungan
hijau oleh tanaman, terlihat juga kesadaran warga yang cukup tinggi untuk
berkontribusi terhadap pengelolaan sampah dengan bijak. Sebuah sentra
pengumpulan sampah disediakan di area kampung untuk menampung
aneka sampah rumah tangga. Para ibu turut berkontribusi dengan
memisahkan sampah dapur seperti kulit bawang, batang sayuran, kulit
buah, dan kulit telur kemudian dikumpulkan di sentra bersama dengan
sampah kebun. Campuran sampah dapur dan sampah kebun dari warga
kemudian diolah menjadi kompos. Setiap warga diperbolehkan mengambil
kompos untuk penyubur tanaman.
Apa yang dilakukan terhadap sampah konsumsi? Sampah organik yang
berupa sisa makanan tiap hari ternyata tidak harus menggunung di
tempat sampah sehingga menimbulkan aroma tak sedap. Beberapa warga
memiliki lubang biopori di halaman rumah. Sampah sisa makanan tiap
hari dituang ke dalam lubang biopori dan dibiarkan membusuk di sana.
Ketika kelak membusuk, sampah-sampah tersebut akan menjadi penyubur
tanah di sekitarnya.
Lain halnya dengan sampah berupa koran dan kertas, sampah konsumsi
non organik seperti botol dan kemasan plastik, botol kaca, serta barang
tak terpakai lainnya. Warga Rawajati memiliki bank sampah, sebagai
tempat menyetorkan sampah-sampah jenis ini. Setiap minggu sampah
yang terkumpul di sentra diambil oleh beberapa pengepul untuk dibawa
ke tempat pengolahan akhir. Pengelola bank sampah mengeluarkan
daftar harga beli untuk tiap kg sampah yang disetorkan warga. Semakin
banyak warga menyetorkan sampah, tentu semakin bertambah pula saldo
tabungan sampahnya. Selain mengurangi tumpukan sampah, warga pun
senang karena memperoleh manfaat dan keuntungan berupa uang dari
sampah yang dihasilkannya. Bahkan beberapa anak memiliki tabungan
sampahnya sendiri. Mereka berlomba mengumpulkan botol dan kemasan
plastik untuk menambah saldo tabungan.
Sebagian dari sampah non organik, juga dikumpulkan warga untuk diolah
menjadi aneka kerajinan yang bernilai jual. Vas bunga, alas gelas, dompet,
serta tas dirangkai cantik dari aneka botol plastik dan kemasan bekas.
Kegiatan ini dilakukan oleh beberapa ibu di waktu luang mereka. Mengisi
waktu, mengurangi tumpukan sampah, dan menambah uang belanja
tentunya menjadi hal positif yang bermanfaat bagi warga dan lingkungan.
Bagaimana dengan pengelolaan sampah di sekitarmu? Apa yang dapat
kamu lakukan terhadap sampah di rumahmu?